Oleh : Abu Jiyad
Menjelang Muswil 4 PKS Bengkulu perlu mengingat kembali sejarah
berdirinya PKS di Bengkulu. Perjalanan panjang dengan beberapa nahkoda diantaranya Ust Salamun Haris, Ust Basuki Ali, Ust Lukman, dan Ust Dedi Haryono. Alhamdulillah
mereka masih bersama PKS sampai saat ini. Kader-kader potensial perlu mengambil
pelajaran dan hikmah dari mereka.
Sekarang PKS Bengkulu memasuki gelombang kedua. Anak-anak
yang sudah menjelang dewasa akan melanjutkan estafet dakwah ini. Ada beberapa
hal yang perlu menjadi catatan dan pemikiran bagi para pengambil keputusan ke depan,
diantaranya :
- Struktur yang Kokoh
Struktur yang terjadi saat ini hanya berkisar di Kota
Bengkulu dan belum bisa menjamah dari pusat kota. Padahal Provinsi Bengkulu
terbentang dari Muko-Muko sampai Kaur dan dari Kota Bengkulu sampai Kabupaten
Lebong.
Saat ini, struktur dari tingkat Provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, sampai kelurahan/desa sampai pembinaan terkecil belum menggembirakan.
Masih banyak kecamatan yang belum mempunyai DPC dan juga kelurahan/desa yang belum
ada DPRanya. Padahal waktu terus bergulir seiring dengan nafas kita.
- Kader yang Solid
Unit pembinaan kecil belum mampu membuat solusi yang
mujarab. Kader masih berputar pada faham yang dangkal, pikiran yang labil, dan
finansial yang macet. Kader yang solid
perlu penguatan tarbiyyah secara syumuliyyah (komprehensif) dalam
buku perangkap tarbiyyah terdiri dari Liqo, Katibah, Rihlah,
Mukhoyam, Daurah, Nadwah dan Muktamar.
Perangkat tarbiyyah tersebut dilaksanakan secara
simultan dan berkesinambungan dengan program yang menyertainya. Pembinaan kader
mutlak diperlukan sejak memasuki akil baligh sampai umur tak
terbatas. Untuk memperoleh hasil yang optimal, sebaiknya pembinaan dilaksanakan
sejak jenjang SMP.
Pelaksanaan pengkaderan di jenjang SMP bisa dilaksanakan
dengan membuat kurikulum yang standard dan bertaraf internasional. Program
pembinaan di Sekolah Islam Terpadu sebaiknya segera disesuaikan dengan grade
(muwashafat) yang tercantum dalam buku panduan tarbiyyah yang
terbaru. Muwashafat di setiap tingkatan tarbiyyah mengacu pada
kriteria Salimul Aqidah, Shahihul Ibadah, Matiinul Khuluq, Qadirun'alal
kasbi, Mutsaqqaful fikri, Qawiyyul jismi, Mujahidun Linafshi, Munazhzham fi
syu'unihi, Harisun,ala waqtihi, dan Nafiun li Ghairihi.
Muwashofat diajarkan berdasarkan jenjang tarbiyyah
di tingkat pemula sampai purna. Pola pengkaderan di Sekolah Islam Terpadu
diarahkan untuk mencapai tingkat kader inti setelah selesai di tingkat SLTA.
Dengan selesainya pengkaderan di tingkat SLTA pada jenjang yang diinginkan,
maka akan mudah bagi kader untuk mengisi pos-pos penting masyarakat, pegawai,
dan mahasiswa.
- Finansial yang cukup
Tidak dipungkiri bahwa setiap organisasi membutuhkan dana. Kebutuhan
dana yang sudah jelas pengeluaran harus diimbangi dengan pemasukan. Model iuran
anggota, proposal kegiatan, bantuan pemerintah dan usaha yang halal perlu terus
digalangkan. Selain itu pemasukan dana dari anggota juga perlu digencarkan. Selain
sebagai kas utama, iuran anggota bisa dijadikan keterikatan pada partai. PKS
harus mampu mencari terobosan baru dalam mencari dana dengan berbagai event
yang diprogramkan.
Prinsip ekonomi perlu diupayakan dengan melakukan pemasukan
sebanyak-banyaknya dan pengeluaran yang paling sedikit. Contohnya event
Muswil bisa dilaksanakan dengan melibatkan tempat tinggal kader untuk menampung
peserta atau simpatisan dari luar kota. Wallahua’lam
0 komentar:
Posting Komentar