Ilustrasi renungan. Google.com |
Di sebuah sudut, di antara tepian pantai dan garis pandang, saat matahari tenggelam di ujung lautan kuterpekur dalam diam. Menemukan diri yang tampak asing sendiri. Wahai hati, apakah gerangan yang sedang terjadi? Wahai jiwa, alangkah asingnya dirimu terasa..
Saat hari mulai temaram biasa kuhantarkan dengan lantunan doa menjelang petang.. Saat adzan subuh mulai berkumandang telah kuawali dengan derai air mata dan sujud-sujud panjang.. Kalam illahipun menjadi sahabat menjelang syuruq dengan kutanam beberapa ayat yang merasuk.. Duha adalah kebahagiaan berinfak tanpa harta bagi diriku yang papa.. Langkah-langkah ke masjid adalah penghibur dikala penat yang sangat dalam aktivitasku yang berat dan padat..
Tapi kini apa yang tengah terjadi ? Wahai diriku, kenapa engkau terasa asing bagiku.. Al ma'tsurot pagi dan petang entah kemana, kadang separuhnyapun tak lagi ada diwaktu yang sama. Lisan terasa berat saat kalam itu terlantun dalam irama.. Iapun terabaikan seketika saat terdengar dering panggilan di ujung sana.. Malam-malampun hilang tanpa makna, hanya kepenatan yang bertumpuk tak terkira..
Oh wahai jiwa, kenapa kenikmatan subuh kini lewat tak lagi ada, duha dua rokaat bukan lagi tabungan harta.. Apakah kini yang engkau punya?
Oh wahai jiwa, perasaanmu tak lagi peka, tutur katamu tak lagi santun, akhlakmupun tak lagi anggun.
Aktivitas yang berat dan padat kini menjadi pembenaran, padahal tak lagi punya alasan di nuranimu yang terdalam.. Cintamu kini entah kepada siapa, sedangkan rindumu tak jelas berlabuh kemana..
Akal dan logikamu terkadang mengalah pada kelemahan, padahal ego dan nafsumu yang membimbing dalam kegelapan..
Apakah kini engkau merasa bahwa zaman kini tak lagi sama perlunya bagi setiap akal dan jiwa? Ruh selalu menagih teduh, jiwa mendamba segenap suasana, akal dan jasadpun meminta tempa..
Bukankah dulu engkau selalu ada bersama jiwamu? Senyum dan salampun selalu menghias indah wajahmu? Kenapa kini asing tak lagi seperti itu? Meski larut dalam perjalanan yang panjang, tak pernah lupa tilawah dan dzikir harian itu kau dawamkan. Duha dan langkah-langkah ke masjidpun menjadi pelengkap pribadimu yang manis dan sujud-sujud panjangmu selalu menyertaimu dalam tangis. Meski selaksa penat dan akitvitas padatpun menyergap hari-harimu itu, namun indah pribadimu selalu bercahaya dengan amalan utamamu.. Tapi apakah gerangan yang kini terjadi ?
Wahai jiwa yang hina akankah engkau punya waktu lagi untuk merasai nikmatnya nuansa ruhani yang mengangkasa? Bukankah umurmu takkan lebih dari tingginya surya saat ia mulai tenggelam? Takkan pula selama rembulan yang mengarungi langit malam? Jika engkau lihat purnama disuatu ketika, maka saat surya datang menjelma keindahan purnamapun hilang seketika ?
Akankah engkau membiarkan dirimu begitu saja ? yang terus asing bagi jiwamu yang terus mendamba ?
Kembalilah diriku...
Bengkulu, dalam redup temaram petang, Oktober 2015.
Anak hamba yang berharap keselamatan.
0 komentar:
Posting Komentar