PKSBengkulu-Pulang ke kampung sang istri (Eli/28th), dijadikan oleh Jajuli sebagai tolak ukur cara berfikir keluarga tentang berdemokrasi di bulan menjelang pemilu ini. Jajuli pria yang berumur 30 th ini adalah seorang buruh pabrik di kawasan industri di kabupaten Bekasi.
Pada Jumat (28/02/14) lalu, Jajuli mengantar pulang sang Istri ke kampung halamannya untuk kembali berkumpul dengan sang buah hati. Selama dua hari berada di kota Sokaraja, Kabupaten Banyumas, mereka ternyata menyempatkan diri untuk berbincang-bincang tentang Partai apa yang dipilihnya pada tanggal 9 April 2014 nanti. Hanya pembicaraan ringan, namun hal ini menjadikan pendewasaan berdemokrasi dan berpolitik di dalam sebuah keluarga.
Kejadian Pertama tentang Money Politik yang sudah mengakar di masyarakat kalangan bawah. Dimulai dari sang ibu mertua menanyakan perihal partai apa yang layak menurut menantunya itu.
"Li.. pemilu besok ibu milih apa ya...?" tanya sang ibu mertua kepada Jajuli. Lalu Jajuli pun menjawab dengan tenang,"itu sih hak ibu saja.."
"Tapi kemarin saya didata lho sama partai A..., kayaknya sih mau dikasih duit," tambah sang ibu mertua. Lalu Jajuli hanya tersenyum.
Lalu Kejadian Kedua tentang efek Media telivisi terhadap sang istri tercintanya sendiri. Jajuli pun menyempatkan bertanya kepada sang istri.
"Dhe.. besok pemilu pilih partai apa?" tanya Jajuli kepada istrinya.
Lalu sang istri menjawab: "saya pilih yang ada di tivi mas.. yang paling rame itu."
Kembali Jajuli tersenyum kepada sang istri yang selama ini hanya tau sosok partai dari ramainya media televisi.
Belum lagi sang kakeknya, yang juga didatangi oleh partai yang berbeda dengan embel-embel juga akan dikasih amplop oleh Partai B. Lalu adik ipar Jajuli yang juga menjadi tim sukses Partai C. Bahkan adik ipar Jajuli tersebut lebih berani melepas spanduk atau banner Partai lain, dengan alasan cuma demi uang.
Melihat sikap keluarganya tersebut Jajuli memang sudah terbiasa menanggapinya. Namun yang dia sayangkan adalah masing-masing Partai pilihan didalam keluarga tersebut tidak ada Partai Islam. Sehingga Jajuli pun mencoba meyakinkan kepada sang ibu mertua dan istrinya tentang pilihan yang benar.
"Ibu..dan istriku.. kalo saya boleh kasih saran, pilihlah partai yang berpedoman pada syariah Islam," nasehat Jajuli.
"Coba kalian lihat..! sekarang pesantren sepi, madrasah sepi, bahkan undang-undang dan hukum mulai amburadul karena jauh dari Al Quran dan Hadist," tambah Jajuli.
Sang Istri pun mulai kurang suka dengan nasehat tersebut, namun setelah beberapa lama agaknya dalam benak mereka mulai sedikit terbuka dan mulai merenungi apa yang disampaikan oleh sang suami tersebut. Bagi Jajuli dia mencoba untuk menyampaikan hal yang benar, untuk hasil dia serahkan kepada masing-masing hati dan fikiran mereka. [hs / pksnongsa.org]
0 komentar:
Posting Komentar