oleh
*Tim Humas DPW PKS Bengkulu
4. Hitam-Putih, Abu-Abu
Sistem penjualan ruang iklan media massa tidak selamanya kaku, dengan cara iklan dipasang iklan dibayar. Ada tiga macam iklan dalam sistemnya, yakni Iklan Putih, Iklan Hitam dan Iklan Abu-Abu. Supaya gampang mengingatnya, sebut saja; Hitam-Putih, Abu-Abu. Iklan putih mudah dipahami, adalah iklan yang kaku itu.
Menarik dicermati Iklan Hitam dan Abu-Abu!. Hitam maksudnya transaksi gelap. Berupa pihak tertentu memberikan fulus yang tak terbatas kepada manajemen atau oknum tertentu di dalam satu media untuk keperluan memesan pembentukan satu persepsi atau opini masyarakat terhadap persoalan tertentu, melalui media bersangkutan. Persoalan mekanisme dan proses pembentukan persepsi tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pekerja media itu sendiri. Pemesan hanya berkepentingan, opini yang diingini berhasil dibangun. Sedangkan kombinasi iklan putih dan hitam adalah iklan abu-abu.
5. Menundukkan Media
Jika ada orang atau kempok yang ingin menundukkan dan menaklukkan media dengan mudah, bisa dengan tiga hal seperti yang disebut pada pembuka. Menjadi orang berkuasa, orang kaya dan orang gila. Media tidak akan mau membuat orang berkuasa menjadi tersinggung, karena potensi sumber pendapatan uang perusahaan persnya dari lingkaran kekuasaan. Pemasang iklan juga tidak mungkin datang dari kalangan melarat, karena nilai sekali tayang pencitraan mungkin setara dengan biaya makan setahun.
Media tidak mau mengambil risiko gangguang dari pihak yang memiliki cara berpikir yang tidak terbaca. Prinsipnya, lebih baik tidak mengangkat persoalan sepak terjang dan rahasia-rahasia ‘Preman Tanah Abang’, daripada aset milik media diganggu preman. Melawan preman rugi, karena nyawanya lebih murah dari harga sebuah kamera reporter.
Tiga macam orang yang ditakuti media itu, mungkin tidak terdapat pada pihak yang ingin menundukkan media. Berkuasa, belum. Kaya, belum. Menjadi gila, tidak mungkin dilakukan. Ada strategi lain yang dapat dimainkan untuk menghindarkan diri dari korban kapitalisame industri media massa. Ketika media mengobok-obok pihak anda, lakukan ini terhadap media bersangkutan: 1) Boikot, 2) Membuat Media Sendiri, 3) Menggerakkan Jaringan.
1. Boikot
Sebelum melakukan boikot terhadap media massa, terlebih dahulu harus menghitung kekuatan sebaran media bersangkutan. Sebagai gambaran, kekuatan koran dengan populasi penduduk sebanyak 1.742.080 jiwa. Sedangkan jumlah cetak koran tersebut 10 ribu ekseplar per hari. Hitungan kekuatan kuantitatif media tersebut 1 : 174.208.
Setelah mendapat akurasi data kekuatan tersebut. Kemudian menghitung jumlah jaringan yang menjadi pelanggan koran tersebut yang dapat dipengaruhi agar berhenti berlangganan. Misalnya diketahui 1.000 pelanggan merupakan bagian dari 6.000 orang yang termasuk di dalam jaringan dimaksud. Selanjutnya segera lakukan boikot berhenti berlangganan dan tidak menjadi pengiklan di koran tersebut.
Dampak yang akan diperoleh dengan aksi boikot, media bersangkutan akan goyah. Sebaran medianya menurun drastis, hingga informasi itu didengar oleh para pengiklannya. Jika itu terjadi, pengiklan akan menarik diri. Akibatnya mata air pendapatan media itu melorot.
2. Membuat Media Sendiri
Melawan opini menyudutkan yang masif yang dilakukan media besar dapat diimbangi dengan membuat media-media kecil. Dengan cara menyebarkan informasi penyeimbang dari berita yang timpang dari media besar yang sadis. Seperti penerbitan tabloid, media online, e-Paper, radio komunitas, brosur, baliho, spanduk hingga pamflet.
3. Menggerakkan Jaringan
Jaringan yang dimiliki, seperti disebut pada poin pertama, merupakan aset kekuatan paling ampuh. Istilah jaringan sebutlah dengan istilah serdadu darat. Karena serangan pembetukan opini melalui media massa seumpama serangan laskar udara musuh. Serdadu darat digerakkan menjelaskan soal informasi sebenarnya yang tidak seperti yang dipersepsikan media massa, kepada masyarakat dan publik secara masif. Sebagai renungan, simak ini;
SEBAGAIMANA Gerilya..
Uang dan personil yang terbatas,
tak mungkin ‘head to head‘ menghadapi
kekuatan lawan. Modal penguasaan demografi
dan geografi dan selera 'pasar', pasukan
melakukan gerilya, akan membuat
kuda hitam menjadi kalang kabut.
Keluar masuk kampung; menyakinkan
calon pemilih siang malam. Menyamar menjadi
brahmana, kstatria hingga sudra. Serangan
dilakukan diam-diam, terbuka, sendirian atau
melalui kelompok-kelompok kecil maupun
kampanye akbar. Terus menerus
dan terorganisir dengan rapi.
Tim sukses lawan bakal frustasi, tak lagi percaya diri.
Lalu mensukseskan diri pribadi, sehingga dana
kampanye dikantongi ke dalam peti karena
tak berhasrat lagi memenangkan jagoannya.
Sampai serdadu lawan berkata begini:
"Daripada tuan kalah, ikut binasa, lebih
baik ambil untung selagi dollar di tangan".
*Tim Humas DPW PKS Bengkulu
4. Hitam-Putih, Abu-Abu
Sistem penjualan ruang iklan media massa tidak selamanya kaku, dengan cara iklan dipasang iklan dibayar. Ada tiga macam iklan dalam sistemnya, yakni Iklan Putih, Iklan Hitam dan Iklan Abu-Abu. Supaya gampang mengingatnya, sebut saja; Hitam-Putih, Abu-Abu. Iklan putih mudah dipahami, adalah iklan yang kaku itu.
Menarik dicermati Iklan Hitam dan Abu-Abu!. Hitam maksudnya transaksi gelap. Berupa pihak tertentu memberikan fulus yang tak terbatas kepada manajemen atau oknum tertentu di dalam satu media untuk keperluan memesan pembentukan satu persepsi atau opini masyarakat terhadap persoalan tertentu, melalui media bersangkutan. Persoalan mekanisme dan proses pembentukan persepsi tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pekerja media itu sendiri. Pemesan hanya berkepentingan, opini yang diingini berhasil dibangun. Sedangkan kombinasi iklan putih dan hitam adalah iklan abu-abu.
5. Menundukkan Media
Jika ada orang atau kempok yang ingin menundukkan dan menaklukkan media dengan mudah, bisa dengan tiga hal seperti yang disebut pada pembuka. Menjadi orang berkuasa, orang kaya dan orang gila. Media tidak akan mau membuat orang berkuasa menjadi tersinggung, karena potensi sumber pendapatan uang perusahaan persnya dari lingkaran kekuasaan. Pemasang iklan juga tidak mungkin datang dari kalangan melarat, karena nilai sekali tayang pencitraan mungkin setara dengan biaya makan setahun.
Media tidak mau mengambil risiko gangguang dari pihak yang memiliki cara berpikir yang tidak terbaca. Prinsipnya, lebih baik tidak mengangkat persoalan sepak terjang dan rahasia-rahasia ‘Preman Tanah Abang’, daripada aset milik media diganggu preman. Melawan preman rugi, karena nyawanya lebih murah dari harga sebuah kamera reporter.
Tiga macam orang yang ditakuti media itu, mungkin tidak terdapat pada pihak yang ingin menundukkan media. Berkuasa, belum. Kaya, belum. Menjadi gila, tidak mungkin dilakukan. Ada strategi lain yang dapat dimainkan untuk menghindarkan diri dari korban kapitalisame industri media massa. Ketika media mengobok-obok pihak anda, lakukan ini terhadap media bersangkutan: 1) Boikot, 2) Membuat Media Sendiri, 3) Menggerakkan Jaringan.
1. Boikot
Sebelum melakukan boikot terhadap media massa, terlebih dahulu harus menghitung kekuatan sebaran media bersangkutan. Sebagai gambaran, kekuatan koran dengan populasi penduduk sebanyak 1.742.080 jiwa. Sedangkan jumlah cetak koran tersebut 10 ribu ekseplar per hari. Hitungan kekuatan kuantitatif media tersebut 1 : 174.208.
Setelah mendapat akurasi data kekuatan tersebut. Kemudian menghitung jumlah jaringan yang menjadi pelanggan koran tersebut yang dapat dipengaruhi agar berhenti berlangganan. Misalnya diketahui 1.000 pelanggan merupakan bagian dari 6.000 orang yang termasuk di dalam jaringan dimaksud. Selanjutnya segera lakukan boikot berhenti berlangganan dan tidak menjadi pengiklan di koran tersebut.
Dampak yang akan diperoleh dengan aksi boikot, media bersangkutan akan goyah. Sebaran medianya menurun drastis, hingga informasi itu didengar oleh para pengiklannya. Jika itu terjadi, pengiklan akan menarik diri. Akibatnya mata air pendapatan media itu melorot.
2. Membuat Media Sendiri
Melawan opini menyudutkan yang masif yang dilakukan media besar dapat diimbangi dengan membuat media-media kecil. Dengan cara menyebarkan informasi penyeimbang dari berita yang timpang dari media besar yang sadis. Seperti penerbitan tabloid, media online, e-Paper, radio komunitas, brosur, baliho, spanduk hingga pamflet.
3. Menggerakkan Jaringan
Jaringan yang dimiliki, seperti disebut pada poin pertama, merupakan aset kekuatan paling ampuh. Istilah jaringan sebutlah dengan istilah serdadu darat. Karena serangan pembetukan opini melalui media massa seumpama serangan laskar udara musuh. Serdadu darat digerakkan menjelaskan soal informasi sebenarnya yang tidak seperti yang dipersepsikan media massa, kepada masyarakat dan publik secara masif. Sebagai renungan, simak ini;
SEBAGAIMANA Gerilya..
Uang dan personil yang terbatas,
tak mungkin ‘head to head‘ menghadapi
kekuatan lawan. Modal penguasaan demografi
dan geografi dan selera 'pasar', pasukan
melakukan gerilya, akan membuat
kuda hitam menjadi kalang kabut.
Keluar masuk kampung; menyakinkan
calon pemilih siang malam. Menyamar menjadi
brahmana, kstatria hingga sudra. Serangan
dilakukan diam-diam, terbuka, sendirian atau
melalui kelompok-kelompok kecil maupun
kampanye akbar. Terus menerus
dan terorganisir dengan rapi.
Tim sukses lawan bakal frustasi, tak lagi percaya diri.
Lalu mensukseskan diri pribadi, sehingga dana
kampanye dikantongi ke dalam peti karena
tak berhasrat lagi memenangkan jagoannya.
Sampai serdadu lawan berkata begini:
"Daripada tuan kalah, ikut binasa, lebih
baik ambil untung selagi dollar di tangan".
0 komentar:
Posting Komentar