Oleh
Tamar Udin -Kompasiana
PKSBengkulu-Proses PEMILU 2014 sudah masuk ke babak yang ditunggu-tunggu, yaitu pemungutan dan penghitungan suara, tinggal satu hari lagi. Dua tahun memasuki PEMILU, atau lebih intensnya di tahun politik, public banyak disuguhi trik dan intrik parpol serta juga para elitenya. Itu semua muara akhirnya adalah bagaimana elektabilitas mereka naik dan elektabilitas lawan jatuh.
Semua cara ditempuh, termasuk cara kotor sekalipun. Yang tak bersalah dipaksa untuk terbukti bersalah dengan melakukan rekayasa tingkat tinggi. “Bully Mem-bully” menjadi pemandangan biasa, walaupun menggelikan dan memuakkan. Harapan ada pendidikan politik yang mencerdaskan dan mendewasakan itu hanya menjadi khayalan saja bagi generasi selanjutnya.
Fenomena ini bukanlah hal yang berdiri sendiri, ada “unvisible-hand” yang bermain, mengajarkan kepada anak bangsa agar lupa kepada jati diri ketimuran, mereka permainkan syahwat kekuasaan elite politik demi keberlangsungan hegemoni mereka terhadap negeri ini. Namun sayang, permainan ini pun dinikmati oleh para elite.
Partai yang paling banyak dan sering dibully adalah PKS. Ini bisa dimaklumi, partai ini harus dibonsai, karena kalau ia dibiarkan tumbuh menjadi partai besar dan berkuasa di Indonesia, tamatlah riwayat hegemoni itu, merdekalah Negara Indonesia dengan makna sesungguhnya, dan itu tak boleh terjadi.
Bisa jadi di saat mereka mampu “menembak” pas mengenai jantung PKS beberapa waktu lalu, mereka menari dan berjikrak-jingkrak senang karena rencana mereka berhasil, mereka kira PKS sudah mati dan terkubur ke sumur untuk selamanya. Ternyata tidak, PKS tetap masih hidup, bangkit dan sedang berlari kencang menuju istana. Paska “ditembak”, PKS konsolididasi, menyusun langkah strategis. Buahnya, mereka mengirim pesan-pesan kemenangan ke seluruh pelosok Nusantara melalui sepak terjang kader-kadernya di daerah.
Disaat haters PKS dari dalam maupun luar negeri masih menikmati pesta atas keberhasilan “tembakan”nya, pesan kemenangan datang dari Propinsi Jawa barat, Ahmad Heryawan, Lc Kader PKS terpilih sebagai Gubernur. Pesta para Haters mulai terganggu, mereka pun mengeluarkan statemen-statemen untuk mengobati hati atas realitas pahit itu,”Aher terpilih bukan karena PKS, tapi karena popularitas wakilnya”, begitu kata mereka. Dan ungkapan-ungkapan lainnya. Lalu pesan kemenangan selanjutnya datang lagi dari Sumatera Utara, Maluku Utara, dan di saat Pemilu tinggal hitungan hari datang lagi pesan kemenangan yang menyakitkan bagi haters PKS. Kota Padang ditaklukkan oleh Ustadz Mahyeldi, kader PKS.
Dimasa kampanye, saat partai lain tak mampu menaklukan Gelora Bung Karno, dengan massanya yang tertib dan santun PKS mampu melakukannya. Nafas para Haters pun semakin sesak. Dalam suasana kalut bercampur cemas, mereka pun menembakkan “amunisi-amunisi” basi, termasuk dalam bentuk survey-survey yang jika semut pandai membaca maka ia pun akan tertawa. Menempatkan posisi PKS sebagai partai nomor 2 terkoruplah, atau elektabilitas hanya dibawah 4 koma, 3 koma atau 2 koma, dan lain sebagainya. Harapan mereka adalah agar opini publik tergiring bahwa elektabilitas PKS rendah, PKS kecil dan Kalah. Sungguh sebuah propaganda busuk.
Akhirnya penulis membayangkan, disaat hasil PEMILU yang LUBER dan Adil diumumkan, lalu hasil suara PKS jauh dari yang diharapkan para haters, mereka pun berkata ”PKS Kurang Ajar", sudah dihajar suaranya tetap Besar, dan disaat itu mudah-mudahan mereka tidak kena serangan jantung. Beda halnya dengan pemimpin dan kader PKS mereka dengan Tawadhu’ akan berkata “Alhamdulillah…semua kemenangan ini datangnya dari Allah SWT”. Sebagaimana Presiden PKS sebelumnya selalu berpesan demikian. Dan mereka pun akan memaafkan para Hatersnya.
Tamar Udin -Kompasiana
PKSBengkulu-Proses PEMILU 2014 sudah masuk ke babak yang ditunggu-tunggu, yaitu pemungutan dan penghitungan suara, tinggal satu hari lagi. Dua tahun memasuki PEMILU, atau lebih intensnya di tahun politik, public banyak disuguhi trik dan intrik parpol serta juga para elitenya. Itu semua muara akhirnya adalah bagaimana elektabilitas mereka naik dan elektabilitas lawan jatuh.
Semua cara ditempuh, termasuk cara kotor sekalipun. Yang tak bersalah dipaksa untuk terbukti bersalah dengan melakukan rekayasa tingkat tinggi. “Bully Mem-bully” menjadi pemandangan biasa, walaupun menggelikan dan memuakkan. Harapan ada pendidikan politik yang mencerdaskan dan mendewasakan itu hanya menjadi khayalan saja bagi generasi selanjutnya.
Fenomena ini bukanlah hal yang berdiri sendiri, ada “unvisible-hand” yang bermain, mengajarkan kepada anak bangsa agar lupa kepada jati diri ketimuran, mereka permainkan syahwat kekuasaan elite politik demi keberlangsungan hegemoni mereka terhadap negeri ini. Namun sayang, permainan ini pun dinikmati oleh para elite.
Partai yang paling banyak dan sering dibully adalah PKS. Ini bisa dimaklumi, partai ini harus dibonsai, karena kalau ia dibiarkan tumbuh menjadi partai besar dan berkuasa di Indonesia, tamatlah riwayat hegemoni itu, merdekalah Negara Indonesia dengan makna sesungguhnya, dan itu tak boleh terjadi.
Bisa jadi di saat mereka mampu “menembak” pas mengenai jantung PKS beberapa waktu lalu, mereka menari dan berjikrak-jingkrak senang karena rencana mereka berhasil, mereka kira PKS sudah mati dan terkubur ke sumur untuk selamanya. Ternyata tidak, PKS tetap masih hidup, bangkit dan sedang berlari kencang menuju istana. Paska “ditembak”, PKS konsolididasi, menyusun langkah strategis. Buahnya, mereka mengirim pesan-pesan kemenangan ke seluruh pelosok Nusantara melalui sepak terjang kader-kadernya di daerah.
Disaat haters PKS dari dalam maupun luar negeri masih menikmati pesta atas keberhasilan “tembakan”nya, pesan kemenangan datang dari Propinsi Jawa barat, Ahmad Heryawan, Lc Kader PKS terpilih sebagai Gubernur. Pesta para Haters mulai terganggu, mereka pun mengeluarkan statemen-statemen untuk mengobati hati atas realitas pahit itu,”Aher terpilih bukan karena PKS, tapi karena popularitas wakilnya”, begitu kata mereka. Dan ungkapan-ungkapan lainnya. Lalu pesan kemenangan selanjutnya datang lagi dari Sumatera Utara, Maluku Utara, dan di saat Pemilu tinggal hitungan hari datang lagi pesan kemenangan yang menyakitkan bagi haters PKS. Kota Padang ditaklukkan oleh Ustadz Mahyeldi, kader PKS.
Dimasa kampanye, saat partai lain tak mampu menaklukan Gelora Bung Karno, dengan massanya yang tertib dan santun PKS mampu melakukannya. Nafas para Haters pun semakin sesak. Dalam suasana kalut bercampur cemas, mereka pun menembakkan “amunisi-amunisi” basi, termasuk dalam bentuk survey-survey yang jika semut pandai membaca maka ia pun akan tertawa. Menempatkan posisi PKS sebagai partai nomor 2 terkoruplah, atau elektabilitas hanya dibawah 4 koma, 3 koma atau 2 koma, dan lain sebagainya. Harapan mereka adalah agar opini publik tergiring bahwa elektabilitas PKS rendah, PKS kecil dan Kalah. Sungguh sebuah propaganda busuk.
Akhirnya penulis membayangkan, disaat hasil PEMILU yang LUBER dan Adil diumumkan, lalu hasil suara PKS jauh dari yang diharapkan para haters, mereka pun berkata ”PKS Kurang Ajar", sudah dihajar suaranya tetap Besar, dan disaat itu mudah-mudahan mereka tidak kena serangan jantung. Beda halnya dengan pemimpin dan kader PKS mereka dengan Tawadhu’ akan berkata “Alhamdulillah…semua kemenangan ini datangnya dari Allah SWT”. Sebagaimana Presiden PKS sebelumnya selalu berpesan demikian. Dan mereka pun akan memaafkan para Hatersnya.
0 komentar:
Posting Komentar