Oleh Usman Jakfar
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (al-Baqarah:286)
1. Sungguh Allah (subhaanahu wa ta`aala) Maha Adil dan Maha Mengetahui. Allah yang telah menciptakan kita, Dia jugalah yang memberikan taklif (bebanan/kewajiban) kepada kita. Tidak ada satu bebanan/kewajiban pun kecuali sesuai dengan kemampuan kita. Hal itu karena Allah telah mengharamkan keatas zat-Nya (`ala nafsihi) untuk berbuat zholim. Dalam satu hadith Qudsi, Allah berfirman:
إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي
"Sesungguhnya Aku telah mengharamkan berbuat zholim ke atas zat-Ku (`ala nafsi)." (HR. Muslim)
2. Hanya masalahnya sebagian orang terkadang menjadikan “لا يكلف الله نفسا إلا وسعها” sebagai justifikasi untuk meninggalkan kewajiban. Mungkin kita mendengar sebagian orang yang mengatakan belum mau menutup auratnya, dengan alasan “saya belum mampu untuk melakukannya, sembari mengatakan: “Allah kan tidak membebankan kecuali sesuai kemampuan””. Dan hakikat agama ini adalah mudah يريد الله بكم اليسر
3. Apakah yang dimaksud memang demikian? Sementara telah dijelaskan diatas bahwa semua kewajiban yang dibebankan oleh Allah adalah sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.
4. Disinilah kita dituntut untuk jujur kepada Allah. Kita ambil satu contoh; seseorang yang sebenarnya dia masih mampu untuk membawa beban 50 kg, akan tetapi dia mengatakan: “aku hanya mampu membawa 20 kg”. Batas لا يكلف الله نفسا إلا وسعها untuk dia bukanlah 20 kg, akan tetapi adalah 50 kg. Artinya adalah USAHA YANG MAKSIMAL.
5. Saat kita melakukan USAHA YANG MAKSIMAL, sebenarnya manfaat USAHA itu akan kembali kepada diri kita dan bukan kepada orang lain. Karena itulah Allah mengatakan لها ما كسبت , akan tetapi jika dia tidak melakukan USAHA YANG MAKSIMAL, bahwa sampai meninggalkan yang wajib, maka mudharatnya akan kembali kepada diri kita juga, karena itu Allah mengatakan وعليها مااكتسبت
6. Memang sebagai manusia, tidak bisa dipungkiri bahwa kita punya banyak keterbatasan. Walapun kita telah berusaha melakukan usaha yang maksimal, akan tetapi pasti ada kurangnya. Bisa jadi kita terlambat untuk melakukan kewajiban tersebut karena LUPA, atau saat melakukannya masih banyak KESALAHAN. Karena itulah kita bermohon kepada Allah ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا.
7. Masa yang sama, kita sebagai hamba Allah yang lemah, minta kepada-Nya untuk tidak memikulkan beban yang pernah Allah pikulkan kepada ummat sebelum kita. Dan kenyataannya memang demikian, dan ini adalah merupaka kasih sayang Allah subhaanahu wa ta`aala kepada kita ummat Nabi Muhammad shallallaahu `alai wa sallama.
8. ربَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ bukan bermakna, bahwa kita meminta kepada Allah untuk dikurangi beban, shalat zuhur jadi dua rokaat misalnya, tidak mungkin. Akan tetapi yang kita minta kepada Allah adalah agar kemampuan daya pikul kita ditambah oleh Allah subhaanahu wa ta`aala. Jika selama hari ini memikul 20 kg berat terasa oleh kita. Akan tetapi ketika daya pikul ditambah oleh Allah, mengangkat yang 20 kg seperti mengangkat 1 kg.
9. Jika kita sudah melakukan usaha yang maksimal, daya pikul sudah ditingkat oleh Allah subhaanahu wa ta`aala, jangan sampai tertipu dengan amal, jangan merasa sudah hebat, jangan merasa, kayaknya kalau mati pasti masuk syurga, jangan. Tetaplah tawadhu`. Tetaplah minta keampunan dari Allah agar terhindar dari neraka, tetaplah minta rahmat dari Allah agar dimasukkan Allah ke dalam syurga. Karena hakikat kejayaan yang sesungguhnya adalah ومن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, sesungguhnya dia telah berjaya.
10. Kembalikanlah urusan kepada Allah أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين
0 komentar:
Posting Komentar