PKSBengkulu-Senada dengan pernyataan Wakil Ketua Komisi III DPR RI Al Muzzamil Yusuf yang mengatakan politik uang, kecurangan dan konflik antar Calon Anggota Legislatif dalam internal partai dan antar partai pada Pemilu 9 April lalu merupakan buah dari Sistem Proporsional Terbuka (baca Banyak Kecurangan, Pemilu Sistem Proporsional Terbuka Perlu Dikaji Ulang ). Pernyataan serupa juga dilontarkan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini.
Titi Anggraini, menyatakan pileg dengan sistem proporsional terbuka adalah penyebab munculnya masalah pada pemilu yang digelar 9 April lalu.
Menurutnya Indonesia belum siap melaksanakan pemilu dengan sistem proporsional terbuka, sehingga akhirnya yang terjadi adalah maraknya prakterk-praktek politik uang oleh para caleg.
"Parpol kita juga belum siap melakukan sistem ini karena kaderisasi di partai belum berjalan baik dan banyak partai yang melakukan perekrutan calegnya secara instan. Karena itu terjadi kanibalisme antar internal partai,” ujar Titi dalam keterangannya, Senin (12/5/2014).
Dikatakannya, jika Indonesia ingin tetap melaksanakan sistem proporsional terbuka, maka ada dua syarat yang harus dilakukan. Hal itu terkait transparansi dan pemilu internal yang seharusnya dilakukan parpol sebelum pemilu sebenarnya.
"Sebelum pemilu nasional, maka parpol harusnya terlebih dulu mengadakan pemilu internal dalam menetukan calegnya. Kemudian partai harus transparan dalam penggunaan dana partai, sehingga tidak akan ada politik uang," imbuhnya. (tribunnews.com)
0 komentar:
Posting Komentar