Sri Astuti, S.Pd.SD, Ketua BPKK DPD PKS Kota Bengkulu |
KOTA BENGKULU, PKSBengkulu - Sore itu langit sedikit berawan, sinar matahari disaput awan
lembut yang mengurai mega, tampak burung-burung walet melintas di atas langit.
Ditengah suasana demikian, Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK)
DPD PKS Kota Bengkulu, Sri Astuti, S.Pd.SD nampak sangat bersemangat memaparkan
program bidangnya dan gagasan-gasan PKS dalam mengokohkan peran perempuan.
Sore itu, redaksi PKSBengkulu beserta PKSTV Bengkulu
berkunjung ke kantornya di Jalan Semeru nomor 55 Kelurahan Sawah Lebar Kota
Bengkulu untuk melakukan wawancara dan liputan khusus masalah perempuan. Di
ruang tamu redaksi diterima dan melakukan wawancara, kemudian sedikit mengambil
gambar dan shoot pengambilan video PKSTV di halaman depan.
Dalam wawancaranya, Mbak Ade, panggilan akrab Sri Astuti,
menjelaskan berbagai hal tentang program BPKK yang akan digulirkan PKS
khususnya bagi kaum ibu. "Prioritas program diantaranya ada program
ketahanan keluarga, tarbiyah anak, dan RKI (Rumah Keluarga Indonesia),"
tuturnya.
Iapun menjelaskan bahwa RKI merupakan program unggulan yang
digulirkan dari pusat hingga derah, dan khusus di Bengkulu, RKI sudah berjalan
dari beberapa tahun yang lalu. Program yang ada dalam RKI diantaranya konseling
keluarga, gizi, dan pendidikan. "Saat ini RKI akan dihidupkan kembali dan
pelaksanaanya akan lebih dioptimalkan," terang ibu 3 anak ini.
Menurut data yang dibeberkan Mbak Ade, RKI di Kota Bengkulu
sudah mencapai 20 kelompok, programnya yang sudah berjalan berupa sekolah ibu.
Hampir di setiap kecamatan sudah ada kelompok sekolah ibu dengan masing-masing
kelompok anggotanya mencapai 150 orang. Di Kecamatan Ratu Agung, Ratu Samban,
dan Muara Bangkahulu masing-masing ada 3 kelompok, di Kecamatan Sungai Serut,
Kampung Melayu, dan Gading Cempaka masing-masing ada 1 kelompok, di Kecematan
Selebar dan Singaran Pati masing-masing ada 2 kelompok, sedangkan di Kecamatan
Teluk Segara masih dalam proses pembentukan kelompok RKI baru.
Lebih lanjut, istri Tusman Hayadi, warga Merawan 20
Kelurahan Sawah Lebar ini mengungkapkan bahwa sejauh ini program-program
sekolah ibu sangat diminati ibu-ibu. Pesertanya dari berbagai kalangan ibu-ibu
dan simpatisan PKS. "Ini adalah salah satu bentuk khidmat PKS kepada
perempuan Indonesia," katanya.
iapun mengatakan sejauh ini program sekolah ibu berisi
kegiatan belajar mengaji, taklim, pelatihan P3K, pengurusan jenazah, tatacara
memasak dan membuat kue adalah program yang sangat digemari oleh ibu-ibu.
Dalam kaitanya dengan momentum Hari Kartini, Mbak Ade yang
sudah dikarunia 3 orang anak ini menjelaskan konsep islam dalam mendudukkan
peran perempuan ditengah masyarakat. Ia berujar bahwa perempuan khususnya istri
memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk peradaban, peran istri
bersinergi dengan suami merupakan suatu hal yang sangat penting agar terbentuk
keluarga yang harmonis sebagai awal bersemainya kebaikan dalam membina bangsa.
"Seorang istri harus punya visi sampai ke negeri
akhirat, menjadi seorang ratu bidadari di syurga. Ia akan menjadi ratu bidadari
tatkala bisa menjadikan keluarganya ke syurga dengan bersinergi bersama
suaminya. Untuk menjadikan istri yang seperti ini perlu pemahaman dan ilmu,
sehingga sangat penting pendidkan keluarga bagi kaum ibu," ujarnya.
Iapun menjelaskan, Islam memiliki konsep yang seimbang dalam
memposisikan laki-laki dan perempuan, tidak ada kesenjangan dalam memposisikan
gender, amal perbuatan baik yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki akan
mendapatkan balasan pahala masing-masing, dan masing-masing pihak punya
keutamaan amal masing-masing.
"Kartini dikenal sebagai sosok perempuan yang menyukai
ilmu pengetahuan, ia mengaji dan belajar tafsir Al-Qur'an, sedangkan pada waktu
itu pendidikan bagi kaum wanita sangat minim dengan berbagai keterbatasan dan
kekangan budaya. Kondisi masyarakat saat ini, khususnya ibu-ibu tidak ada lagi
hambatan untuk mencari ilmu, tidak ada lagi alasan bagi ibu-ibu untuk tidak
bisa belajar mengaji, guru-guru atau ustadz dan ustadzah banyak, jadi tidak ada
alasan untuk tidak mengaji," terangnya ketika menjelaskan refleksi Kartini
dan wanitia saat ini.
Bagi wanita kelahiran 6 Desember 1974 ini, bila ada tindak
kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga itu biasanya bermula dari
kurangnya ilmu pengetahuan dari pihak suami dan istri. Kekerasan dalam rumah
tangga pada umumnya karena faktor cemburu, ekonomi, dan kemiskinan. Jika suami
dan istri berilmu dan menyadari kondisi keluarga serta posisinya dalam hidup
berumah tangga, maka mereka akan pandai bersikap dan kekerasan dalam rumah
tangga tidak akan terjadi.
"Karena kita sedang bicara perempuan, maka KDRT itu
pada awalnya disebabkan karena perempuan kurang memiliki ilmu, khususnya dalam
membina rumah tangga, maka PKS membuat solusi berupa sekolah ibu untuk
memberikan wawasan pendidikan keluarga bagi kaum ibu ini, dan insya Allah kami
bertekad untuk mengokohkan peran perempuan salah satunya dari sisi ini,"
terangnya.
Terkhusus untuk tokoh-tokoh perempuan di Bengkulu, ia
berharap tokoh perempuan di parlemen maupun di eksekutif mampu bekerjasama
dengan laki-laki agar tercipta keselarasan program pembangunan. Perempuan harus
banyak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan kebijakan sesuai wewenangnya.
"Perempuan jangan dibiarkan kerja sendiri-sendiri,
jangan mengambil kebijakan sendiri-sendiri, tokoh laki-laki dan perempuan harus
bersinergi dalam mengambil kebijakan. Dan hal ini belum banyak dilakukan,"
tukas wanita yang memiliki hobi memasak dan jalan-jalan di pantai panjang ini tegas.
(**)
0 komentar:
Posting Komentar