Coaching is a profession of Love; Membina adalah pekerjaan mencintai. Cinta tentu membutuhkan pengorbanan. Ia adalah tentang bagaimana menjalin keharmonian hubungan dengan orang lain. Bermodal keterampilan dasar seni berkomunikasi yang menumbuhkan seni memperhatikan, memahami, menumbuhkan, merawat serta melindungi.
Anas ra bertutur Demi Allah, saya telah melayani Rasulullah saw selama sembilan tahun dan selama itu saya tidak pernah mendengar beliau saw berkata sekalipun tentang apa yang saya kerjakan seperti ini “kenapa engkau berbuat demikian dan demikian?” Beliau tidak pernah mencelaku sedikitpun. Dan demi Allah, beliau saw juga tidak pernahmengatakan kata uffin (ungkapan dalam Bahasa Arab yang secara harfiah berarti Ah celakalah kamu) kepadaku. Begitulah beliau dahulu dan begitu pula seharusnya kita berbuat.
A: Mengapa seluruh manusia membenci celaan?
B: karena hal itu membuat mereka merasa ada kekurangan pada diri mereka, sementara setiap manusia mencintai kesempurnaan.
Dalam situasi dan kondisi tertentu, mungkin kita perlu mengingatkan orang lain. Autokritik dalam sebuah organisasi pun mampu menjadi kontrol yang membangun bagi organisasi terkait, dan kebenaran memang harus disampaikan. Akan tetapi, ingatkanlah saudaramu dengan pengingatan yang baik sehingga kritikan yang diterima dapat menjadi suatu masukan yang membangun dan bukan justru membuat orang lain kehilangan muka.
Bagi pandawa-pandawa kader dakwah, mungkin cara dalam mengingatkan saudaranya bisa lebih halus, begitu juga di kubu srikandi. Rasulullah saw (seperti yang diceritakan Anas ra) juga demikian. Beliau tidak pernah mencela bahkan terhadap pembantunya sekalipun. Sehingga, apakah layak kita berbantah-bantahan hingga timbul kebencian satu sama lain?
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat (Q.S. Al Hujurat:10)
Ketidaksesuaian terhadap apa-apa yang terjadi seringkali membuat kita geram dan bertanya kenapa begini dan begitu, jika itu salah maka ingatkanlah orang yang bertanggung jawab atasnya.
Seringkali yang disampaikan adalah kebenaran, tetapi kebenaran itu menjadi tidak sampai kepada orang yang ingin diingatkan karena caranya yang salah. Hanya berujung pada kekesalan dan rasa tidak enak di antara kedua belah pihak. Pay attention mengenai perkara ucapan ini, sesuatu yang menyakitkan orang lain bisa saja menjadi batu halangan bagi kita di akhirat kelak, terlebih jika pihak tersakiti belum dapat memaafkan.
Dr. Muhammad Al-‘Areifi merangkum adab berbicara dalam islam yaitu berbicara bukan dengan tujuan mencela orang lain, tidak terkesan menggurui, mengingatkan dengan cara yang baik (tidak di hadapan khalayak yang akan menurunkan wibawa seseorang; berbicara dengan tidak menyinggung serta dengan bahasa yang mudah dipahami), dan menghindari perdebatan dan memperpanjang permasalahan.
So, menjaga lidah adalah kuncinya, agar ketika kita berbicara tidak menyakitkan bagi si pendengar. Gunakanlah bahasa pengingatan yang baik sehingga kita semua benar-benar termasuk orang-orang yang saling mengingatkan dalam kebaikan (Together to Be Better).
"Pada pagi hari, seluruh anggota tubuh akan memperingatkan lidah dengan berkata kepadanya, ‘Bertakwalah kepada Allah untuk kami, karena kami semua tergantung padamu, jika kamu konsisten (istiqomah) maka kami pun akan istiqomah, tapi jika kamu menyeleweng maka kami pun akan menyeleweng’". (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Hadist Hasan)
Penulis : Ujung Pena
Reli Bengkulu
0 komentar:
Posting Komentar