-

  • Latest News

    Rabu, 24 Februari 2016

    Meningkatkan Kapasitas Diri: Memimpin Sel sebagai Langkah Mengatasi Sindrom Metabolik untuk Indonesia Sehat


    Ilustrasi. sumber foto : (http://spmodels.net/alqadri/)

     "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-'A`raf [7] : 31)


    Data epidemiologi menyebutkan bahwa angka kejadian (prevalensi) sindrom metabolik di dunia adalah 20–25%. Hasil penelitian Framingham Offspring Study menemukan bahwa pada responden berusia 26–82 tahun terdapat 29,4% pria dan 23,1% wanita menderita sindrom metabolik1. Sedangkan penelitian di Perancis menemukan angka kejadian sindrom metabolik sebesar 23% pada pria dan 21% pada wanita2. Data dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) menunjukkan bahwa di Indonesia sendiri angka kejadian sindrom metabolik sebesar 13,13%. 

    Obesitas (kegemukan) menjadi masalah di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara berkembang karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak. Indonesia sebagai negara berkembang juga memiliki prevalensi yang cukup besar pada sindrom metabolik ini. Hal ini terlihat dari penyebab kematian utama di Indonesia yaitu jantung koroner dan stroke yang merupakan akibat dari sindrom metabolik.

    Sindrom metabolik sendiri dapat didefinisikan sebagai kelainan metabolik kompleks yang disebabkan terutama oleh kelebihan nutrisi yang masuk dalam tubuh seseorang3. Secara gamblang dapat dikatakan kelebihan nutrisi ini akan memicu obesitas yang merupakan cikal bakal dari penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner dan stroke. 

    Hal sederhana, makan berlebihan ternyata dapat berdampak luas dalam proses metabolisme tubuh. Ringkasnya, kelebihan asupan nutrisi terutama berupa molekul glukosa dan lemak, akan memicu terjadinya peningkatan lemak sel serta dapat terjadi resistensi insulin. Kondisi ini terjadi ketika telah dikeluarkan hormon insulin tetapi reseptor hormon tersebut telah menjadi resisten sehingga sinyal yang diterima sel seolah-olah seperti tidak terdapat hormon insulin. Padahal, hormon tersebut merupakan salah satu penanda bahwa sel telah berada dalam kondisi yang berkecukupan. Resistensi insulin ini merupakan pangkal dari kasus diabetes melitus tipe 2. 

    Hal ini juga dapat menyebabkan terbentuknya plak pada pembuluh arteri yang dapat berakibat pada jantung koroner dan stroke. Dengan demikian, tergambarlah dampak jangka panjang dari kegiatan makan secara berlebihan. Jika kita termasuk yang melaksanakan perintah Allah seperti yang termaktub dalam QS. Al-'A`raf [7] : 31 tentu kita akan terhindar dari faktor resiko ini.

    Kelebihan asupan nutrisi pada kasus obesitas salah satunya dapat disebabkan karena belum optimalnya seseorang memimpin aktivitas seluler yang terjadi di dalam tubuhnya. Padahal, setiap orang sejatinya adalah seorang pemimpin, paling tidak untuk dirinya sendiri. Sebelum masuk ke dalam ranah kepemimpinan lebih besar yang melibatkan lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara tentu seseorang harus telah berhasil mengatur dan memimpin dirinya sendiri. Salah satu dari kegiatan memimpin tersebut adalah kegiatan memimpin sel dalam ranah menjaga homeostasis atau keseimbangan pada proses metabolisme tubuh.

    Kegiatan memimpin sel sebenarnya dimulai dari mencoba memahami bahasa sel. Hal sederhana yang seringkali dilewatkan banyak orang. Jika suatu ketika sedang makan dan terasa kenyang maka itu berarti asupan nutrisi telah terlalu banyak sehingga yang harus segera dilakukan adalah berhenti makan. Pada saat pengukuran konsentrasi glukosa darah dan ternyata ditemukan konsentrasinya yang meningkat merupakan isyarat untuk mengurangi konsumsi glukosa/ gula yang masuk ke tubuh. Lemak tubuh yang bertambah ditandai dengan diameter perut yang membesar ataupun bobot tubuh yang bertambah merupakan isyarat dari sel bahwa masih terdapat banyak cadangan makanan di dalam tubuh yang belum terpakai. 

    Masukkan nutrisi secukupnya saja dan kurangi timbunan lemak dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga. Setelah memahami bahasa sel pada tahapan ini, langkah memimpin sel yang seharusnya dilakukan adalah mendukung aktivitas seluler yang sedang diupayakan dan diperjuangkan oleh sel-sel tubuh.

    Aktivitas olahraga yang tepat seharusnya telah naik skala prioritas untuk dilaksanakan dalam kondisi ini. Olahraga rutin selama 30 menit setiap harinya dapat membantu mengurangi lemak intrasel tubuh. Selain itu, pengontrolan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh serta pelaksanaan puasa dapat membantu dalam kegiatan memimpin sel terutama berkaitan dengan tindakan pencegahan serta penanganan timbulnya sindrom metabolik. 

    Zat gizi yang masuk seperti glukosa maupun lemak yang masuk ke dalam tubuh sedapat mungkin dikontrol serta disesuaikan dengan aktivitas harian yang dilakukan. Puasa idealnya sebanyak dua hari setiap pekannya telah dibuktikan dapat membantu menstimulasi dibentuknya enzim-enzim yang berperan ke arah reaksi katabolisme –pemecahan molekul menjadi molekul yang lebih sederhana- sehingga dapat membantu mendegradasi timbunan lemak maupun glukosa di dalam tubuh. Puasa bahkan sekarang telah dijadikan salah satu metode terapi bagi penderita diabetes melitus tipe 2 untuk mengembalikan fungsi reseptor hormon insulin agar kembali normal.

    Mari bersama-sama berupaya seoptimal mungkin memimpin sel untuk Indonesia yang lebih sehat. Kelebihan makanan tapi tak ingin dibuang sedangkan perut telah kenyang? Tengok kiri tengok kanan, mungkin ada tetangga yang belum makan
     
    Penulis :
    Elvira Yunita, S.Si
     -----------------------------

    Daftar Pustaka
    1.      Stern M, Williams K, Gonzalez-Villalpando C. Does the metabolic syndrome improve identifi cation of individuals at risk of type 2 diabetes and/or cardiovascular disease?. Diabetes Care. 2004;27(11):2676-81.
    2.      Ford ES, Giles WH, Dietz WH, 2002. Prevalence of the Metabolic Syndrome Among US Adults. Finding from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. Journal American Medical Association. 287(20): 356–59.
    3.      Widjaya A. 2004. Obesitas dan Sindrom Metabolik. Jurnal Cardiology. 2(4): 1–16.

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Meningkatkan Kapasitas Diri: Memimpin Sel sebagai Langkah Mengatasi Sindrom Metabolik untuk Indonesia Sehat Rating: 5 Reviewed By: Redaksi
    Scroll to Top