Zufi Akmal
SETIAP kali melihat setangkai anggur, pikiranku melayang kepada kejadian 15 abad yang lalu. Ketika Rasulullah mencoba menawarkan Islam kepada penduduk Thaif, karena kaum Quraisy sudah betul-betul menolak dakwah beliau, hampir tidak ada harapan lagi mereka akan mau beriman.
Namun apa dikata, ternyata penerimaan penduduk Thaif tidak kalah jahatnya dibandingkan penerimaan penduduk Makkah. Mereka mengumpulkan anak-anak dan orang-orang bodoh (safih), kemudian mereka hasut untuk melempari Rasulullah yang ditemani oleh Zaid bin Haritsah. Saat itu tubuh Rasulullah sampai berlumuran darah.
Kawan, berhentilah sejenak membaca ini. Coba bayangkan dan resapi, bagaimana kira-kira bila ayahmu dilempari oleh orang banyak sampai berlumuran darah. Padahal waktu itu beliau lagi mengantarkan kebaikan buat orang yang melemparinya itu. Sekarang yang dilempari adalah orang yang lebih kamu cintai dari ayahmu sendiri.
Di tengah-tengah kejaran penduduk Thaif itu Rasulullah menyingkir ke sebuah kebun anggur milik 'Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah, dua orang pemuka Thaif. Dengan kaki berlumuran darah, beliau berteduh di bawah pohon anggur sambil melantunkan do'a yang sangat memilukan ini:
"Ya Allah, kepada-Mu aku mengeluhkan kelemahan-kelemahanku, ketidak berdayaanku, dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang Maha Pengasih di antara yang mengasihi! Engkau Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau hendak menyerahkan diriku? Kepada orang-orang asing yang bermuka masam terhadapku atau kepada musuh yang Engkau takdirkan akan mengalahkanku? "
"Ya Allah, kepadamu aku mengadu kelemahanku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku pada pandangan manusia. Ya! Arhamarrahimin! Engkaulah Tuhan orang yang ditindas. Engkaulah Tuhanku. Kepada siapalah Engkau menyerahkan diriku ini, kepada orang asing yang akan menyerang aku atau kepada musuh yang menguasai diriku?
Sekiranya Engkau tidak murka kepadaku maka aku tidak peduli. Namun, afiat-Mu sudah cukup buatku. Aku berlinding dengan nur wajah-Mu yang menerangi segala kegelapan dan teratur di atas nur itu urusan dunia dan akhirat, dari pada Engkau menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau Engkau murka kepadaku. Kepada-Mulah aku tetap merayu sehingga Engkau redha. Tiada sebarang daya (untuk melakukan Kebaikan) dan tiada upaya (untuk meniggalkan kejahatan) kecuali denganMu".
Melihat kondisi Rasulullah seperti itu, 'Utbah dan Syaibah merasa kasihan. Mereka menyuruh budaknya yang bernama 'Addas untuk mengantarkan setangkai anggur kepada Rasulullah.
Setelah duduk di depan Rasulullah, 'Addas menyerahkan anggur itu kepada beliau. Sebelum memakannya Rasulullah terlebih dahulu membaca basmallah. Mendengar itu 'Addas berkata: "Kata-kata ini tidak pernah diucapkan oleh penduduk kampung ini". Lalu Rasulullah bertanya: "Dari mana asalmu? Apa agamamu?" 'Addas menjawab: "Dari Ninawa. Agamaku Nashrani." Rasulullah menimpali lagi: Dari kampung laki-laki shaleh Yunus bin Matta?
Mendengar itu 'Addas menjadi keheranan dan balik bertanya: "Apakah anda mengenal Yunus bin Matta?" Nabi menjawab: "Dia adalah saudaraku, beliau seorang nabi dan aku adalah nabi". Mendengar itu 'Addas menciumi kepala, tangan dan kaki Rasulullah. Dia pun masuk Islam.
Setelah itu Rasulullah memutuskan untuk kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang beliau ditemui oleh malaikat gunung guna menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif dan Makkah yang sudah mengusir beliau, dengan cara saling membenturkan gunung yang ada di tanah Arab itu.
Mendengar itu Rasulullah berkata: "Jangan lakukan itu, aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka anak keturunan yang menyembah Allah dan tidak meperserikatkan-Nya dengan sesuatu pun".
Maha Benar Allah yang telah berfirman:
ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙƒَ Ù„َعَلى Ø®ُÙ„ُÙ‚ٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". (Al Qalam: 4)
*piyunganonline
SETIAP kali melihat setangkai anggur, pikiranku melayang kepada kejadian 15 abad yang lalu. Ketika Rasulullah mencoba menawarkan Islam kepada penduduk Thaif, karena kaum Quraisy sudah betul-betul menolak dakwah beliau, hampir tidak ada harapan lagi mereka akan mau beriman.
Namun apa dikata, ternyata penerimaan penduduk Thaif tidak kalah jahatnya dibandingkan penerimaan penduduk Makkah. Mereka mengumpulkan anak-anak dan orang-orang bodoh (safih), kemudian mereka hasut untuk melempari Rasulullah yang ditemani oleh Zaid bin Haritsah. Saat itu tubuh Rasulullah sampai berlumuran darah.
Kawan, berhentilah sejenak membaca ini. Coba bayangkan dan resapi, bagaimana kira-kira bila ayahmu dilempari oleh orang banyak sampai berlumuran darah. Padahal waktu itu beliau lagi mengantarkan kebaikan buat orang yang melemparinya itu. Sekarang yang dilempari adalah orang yang lebih kamu cintai dari ayahmu sendiri.
Di tengah-tengah kejaran penduduk Thaif itu Rasulullah menyingkir ke sebuah kebun anggur milik 'Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah, dua orang pemuka Thaif. Dengan kaki berlumuran darah, beliau berteduh di bawah pohon anggur sambil melantunkan do'a yang sangat memilukan ini:
"Ya Allah, kepada-Mu aku mengeluhkan kelemahan-kelemahanku, ketidak berdayaanku, dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang Maha Pengasih di antara yang mengasihi! Engkau Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau hendak menyerahkan diriku? Kepada orang-orang asing yang bermuka masam terhadapku atau kepada musuh yang Engkau takdirkan akan mengalahkanku? "
"Ya Allah, kepadamu aku mengadu kelemahanku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku pada pandangan manusia. Ya! Arhamarrahimin! Engkaulah Tuhan orang yang ditindas. Engkaulah Tuhanku. Kepada siapalah Engkau menyerahkan diriku ini, kepada orang asing yang akan menyerang aku atau kepada musuh yang menguasai diriku?
Sekiranya Engkau tidak murka kepadaku maka aku tidak peduli. Namun, afiat-Mu sudah cukup buatku. Aku berlinding dengan nur wajah-Mu yang menerangi segala kegelapan dan teratur di atas nur itu urusan dunia dan akhirat, dari pada Engkau menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau Engkau murka kepadaku. Kepada-Mulah aku tetap merayu sehingga Engkau redha. Tiada sebarang daya (untuk melakukan Kebaikan) dan tiada upaya (untuk meniggalkan kejahatan) kecuali denganMu".
Melihat kondisi Rasulullah seperti itu, 'Utbah dan Syaibah merasa kasihan. Mereka menyuruh budaknya yang bernama 'Addas untuk mengantarkan setangkai anggur kepada Rasulullah.
Setelah duduk di depan Rasulullah, 'Addas menyerahkan anggur itu kepada beliau. Sebelum memakannya Rasulullah terlebih dahulu membaca basmallah. Mendengar itu 'Addas berkata: "Kata-kata ini tidak pernah diucapkan oleh penduduk kampung ini". Lalu Rasulullah bertanya: "Dari mana asalmu? Apa agamamu?" 'Addas menjawab: "Dari Ninawa. Agamaku Nashrani." Rasulullah menimpali lagi: Dari kampung laki-laki shaleh Yunus bin Matta?
Mendengar itu 'Addas menjadi keheranan dan balik bertanya: "Apakah anda mengenal Yunus bin Matta?" Nabi menjawab: "Dia adalah saudaraku, beliau seorang nabi dan aku adalah nabi". Mendengar itu 'Addas menciumi kepala, tangan dan kaki Rasulullah. Dia pun masuk Islam.
Setelah itu Rasulullah memutuskan untuk kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang beliau ditemui oleh malaikat gunung guna menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif dan Makkah yang sudah mengusir beliau, dengan cara saling membenturkan gunung yang ada di tanah Arab itu.
Mendengar itu Rasulullah berkata: "Jangan lakukan itu, aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka anak keturunan yang menyembah Allah dan tidak meperserikatkan-Nya dengan sesuatu pun".
Maha Benar Allah yang telah berfirman:
ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙƒَ Ù„َعَلى Ø®ُÙ„ُÙ‚ٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". (Al Qalam: 4)
*piyunganonline
0 komentar:
Posting Komentar