Oleh Musyafa Ahmad Rahim
Jama’ah ideal yang pernah ada secara nyata di suatu fase sejarah ini:
Di dalam semua usaha di atas termanifestasi ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi) terhadap jama’ah pilihan – atas dasar pengetahuan – untuk memikul amanah terbesar ini dan merealisasikan kehendak Allah di muka bumi.
Padahal, pada jama’ah ini terdapat:
Dengan ini semua, cahaya yang mengagumkan itu memancar dalam sejarah manusia; dan terealisir-lah hakikat yang tampak dari jauh seolah-olah mimpi yang mengepak-ngepak di dalam hati, atau mimpi-mimpi yang melayang-layang di dalam imajinasi!
(Sayyid Qutb, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid VI hal. 3337)
.......
Dalam kalimat di atas, Sayyid Qutb –rahimahullah- menjelaskan bagaimana jama’ah Sahabat Nabi Muhammad SAW terjadi pada waktu itu.
Ada empat bagian yang disorot oleh Sayyid Qutb –rahimahullah.
Tentu, berbagai hal yang diperlukan lebih besar dan lebih hebat lagi, dan yang terpenting:
http://www.pkspiyungan.org/2012/09/jamaah-ideal-renungan-tarbawi-ustadz.html
Jama’ah ideal yang pernah ada secara nyata di suatu fase sejarah ini:
- Tidak tumbuh dengan tiba-tiba;
- Tidak ada secara kebetulan;
- Tidak diciptakan dalam sehari semalam. Begitu pula, ia
- Tidak muncul dari hasil sebuah anugerah yang mengubah watak segala sesuatu dalam sekejap atau sekilas.
- Tumbuh secara alami, dan
- Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.
- Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
- Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:
- Al-Maushul (kontinyu),
- Ats-Tsabit (Tetap), dan
- Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
- Ia memerlukan:
- Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),
- Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan
- Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:
- Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),
- Tasydzib (memangkas yang kelebihan),
- Taujih (pengarahan),
- Daf’ (mendorong, memotivasi),
- Taqwiyah (penguatan), dan
- Tatsbit (peneguhan).
- Ia memerlukan:
- Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan
- Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.
Di dalam semua usaha di atas termanifestasi ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi) terhadap jama’ah pilihan – atas dasar pengetahuan – untuk memikul amanah terbesar ini dan merealisasikan kehendak Allah di muka bumi.
Padahal, pada jama’ah ini terdapat:
- Al-Fadha-il al-kaminah (berbagai keutamaan), dan
- Alisti’dadat al-maknunah (potensi-potensi yang tersimpan) di dalam generasi tersebut.
Dengan ini semua, cahaya yang mengagumkan itu memancar dalam sejarah manusia; dan terealisir-lah hakikat yang tampak dari jauh seolah-olah mimpi yang mengepak-ngepak di dalam hati, atau mimpi-mimpi yang melayang-layang di dalam imajinasi!
(Sayyid Qutb, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid VI hal. 3337)
.......
Dalam kalimat di atas, Sayyid Qutb –rahimahullah- menjelaskan bagaimana jama’ah Sahabat Nabi Muhammad SAW terjadi pada waktu itu.
Ada empat bagian yang disorot oleh Sayyid Qutb –rahimahullah.
- Pertama: Jerih payah dan usaha nabi Muhammad SAW sebagai murabbi yang dikerahkan dalam mentarbiyah mereka.
- Kedua: Aspek ri’ayah ilahiyah.
- Ketiga: Potensi para sahabat nabi itu sendiri.
- Keempat: Situasi dan Kondisi.
- Pertama: Ada faktor ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi).
- Kedua: Potensi dan fadhail sahabat yang luar biasa.
- Ketiga: Situasi dan kondisi yang telah disiapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT.
- Keempat: Sosok sang murabbi, yaitu Rasulullah SAW.
- Tumbuh secara alami, dan
- Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.
- Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
- Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:
- Al-Maushul (kontinyu),
- Ats-Tsabit (Tetap), dan
- Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
- Ia memerlukan:
- Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),
- Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan
- Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:
- Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),
- Tasydzib (memangkas yang kelebihan),
- Taujih (pengarahan),
- Daf’ (mendorong, memotivasi),
- Taqwiyah (penguatan), dan
- Tatsbit (peneguhan).
- Ia memerlukan:
- Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan
- Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.
Tentu, berbagai hal yang diperlukan lebih besar dan lebih hebat lagi, dan yang terpenting:
- Perjalanan da’wah dan tarbiyah kita masih panjang, karenanya:
- Jangan terburu-buru, serta, jangan lupa, sekali lagi, pada:
- Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),
- Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan
- Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:
- Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),
- Tasydzib (memangkas yang kelebihan),
- Taujih (pengarahan),
- Daf’ (mendorong, memotivasi),
- Taqwiyah (penguatan), dan
- Tatsbit (peneguhan).
http://www.pkspiyungan.org/2012/09/jamaah-ideal-renungan-tarbawi-ustadz.html
0 komentar:
Posting Komentar