Ustad Alamsyah, M.T.Pd Sekretaris DPW PKS, Menyampaikan taujihnya dihadapan Kader-Kader Seluma |
Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakattuh
ba'da tahmit wa Shalawat.
Sebuah riwayat,meriwayatkan ,
Abu Hurairah Sedang i’tikaf di masjid nabawi, tak kala abu Hurairah tidak
mendapatkan saudaranya i’tikaf di Masjid, kemudian ia mendatangi, dan memilih
membantu saudaranya,
kemudian saudaranya bertanya kepada Abu Hurairah, kenapa ia
meninggalkan I’tikaf nya di Masjid Nabawi,
“Manusia
yang paling dicintai Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun
amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia,
mengangkat kesusuhanya dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan
raa laparnya. Sungguuh aku berjalan Bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah
keperluan lebih aku cintai dari pada beri’tikaf dimasjid Nabawi- selama sebulan
penuh”.
(HR. Thabrani di
dalam Al Mu’jam Al kabir no 13280, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist ini
hasan
sebagaiman disebutkan dalam shahih Al Jaami’ no 176)
Dari kisah diatas dapat kita ambil kesimpulanya, bahwa
berkhitmad (bermanfaat) untuk orang lain, sesungguhnya memiliki pahala yang
lebih besar, maka kita tidak boleh ragu dengan dakwah yang kita kerjakan,
apalagi kita melakukanya secara komunal atau berjama’ah, yang tentu nilainya
lebih besar dimata Allah Subhana wa ta'alla.
Kita tidak pernah tahu akhir dari perjalanan hidup kita, akn
berrakhir seperti apa, dan bagaimana, maka orang tenang hatinya adalah orang
yang hati selalu siap kapan Allah Subhana wa ta'alla
memanngilnya.
Kita lihat sejarah
manusia, bagaimana kemudian Allah Subhana wa ta'alla murka kepada Iblis hanya karena satu kesalahan
saja. Apa kesalahan Iblis, dia hanya tidak mau sujud dihadapan Nabi Adam,karena
nabi dianugrahi ilmu. Kesombongan Iblis membuat Allah Subhana wa ta'alla murka, faktor
kesombongan ini penyebab Iblis tidak mau kepada Nabi Adam, namun kesalahan yang
teramat Mutlak, Iblis tidak mau mematuhi perintah Allah Subhana wa ta'alla.
Hanya karena satu kesalahana Nabi Adam juga terusir dari
surga, karena satu kesalahan itu, yaitu memakan buah Quldi, kemudian Allah SWT
keluarkan dari surga tidak sebatas itu saja, Allah lecutkan pakaianya serta
dipisahkan dari Istrinya dalam waktu yang cukup lama.
kita lihat kisah nabi Yunus AS, kesalahanya Cuma satu, yaitu
ketika umatnya nabi Yunus melakukan maksiat kemudian Allah Subhana wa ta'alla turunkan azab,
namun nabi Yunus belum diperintahkan Allah SWT untuk pergi, nabi Yunus Sudah
pergi meninggalkan umatnya. Kemudian Allah Subhana wa ta'alla takdirkan masuk kedalam laut dan
dimakan Ikan paus.
Masalahnya adalah berapa banyak kesalahan – kesalahan yang
kita perbuat, apakah masih panjang perjalanan waktu untuk membalas semua
kesalahan kita. Maka bagi orang-orang yang berimanlah yang tahu bagaiman
memanfaatkan waktu dengan maksimal, bagaimana ia beramal dengan baik, hanya
orang beriman yang tahu persis ketika ia beritikaf di masjid Nabawi hanya
mendapatkan Pahala itikaf di Masjid Nabawi, dia melihat saudaranya sedang dalam
kesulitan, kemudian dia membantunya, dan dia mendapatkan pahala 10 kali lipat
pahala Itikaf dari apa yang ia lakukan.
Orang yang terbaik
indikatornya sederhana saja, sebaik-baiknya manusia, adalah orang yang berbuat baik terhadap tetangganya.
Oleh karena itu menjadi
orang yang bermanfaat bagi orang lain, itu bukan pilihan tetapi menjadi
kebutuhan, hanya orang-orang beriman yang diperintah melaksanakan shalat. Kalau
kita definisikan,
Muslim itu menjadikan Kewajiban atas dasar Perintah, ketika
dia ingat dan sadar baru kemudian dia melaksanakan kewajiban.
Sementara Mukmin melaksanakan kewajiban karena ia bener-bener
butuh bukan sebatas kewajiban. Kalau muslim melaksanakan Shalat sendiri sekedar
menggugurkan kewajiban, tapi mukmin melaksanakan shalat karena ia butuh, maka
ia akan meningkatkan kebutuhan untuk menjadi bertaqwa, karena orang bertaqwa
itu merupakan “habit” / kebiasaan,
shalatnya menjadi kebiasaan, tilawahnya menjadi kebiasaan, infak dan
sodaqohnya menjadi kebiasaan.
Para ulama sepakat bahwa, yang disebut taqwa ialah Allah Subhana wa ta'alla tidak
menemukaan hambanya melakukan maksiat kepadanya. Orang-orang yang beriman
ketika diperintahkan oleh Allah SWT dengan harapan apa-apa yang diperintahkan
Allah Subhana wa ta'alla Menjadi Kebiasaan.
Allah akan membalas atas apa semua yang telah kita lakukan,
tidak pernah tertukar, setiap orang berbuat baik sesungguhnya ia berbuat baik
untuk dirianya sendiri. Kenapa kita bisa memiliki yakinan, sebagaiman yakinya
kita kepada tukang cukur rambut, saat memotong rambut, yakin bahwa ia tidak
akan berbuat yang membahayakan kita, padahal pisau cukur seyogyanya dekat
dengan urat leher kita , bahkan kita dapat tidur nyaman saat rambut kita
dicukur.
Kenapa kita tidak
bisa yakin akan janji-janji Allah Subhana wa ta'alla ? Bahwa sesungguhnya Allah berjanji barang
siapa yang meringankan urusan saudaranya, maka Allah akan permudah urusanya
didunia dan akherat. Oleh karena itu memposisikan diri kita menjadi kader
dakwah itu merupakan sebuah kebutuhan.
wallahua'alam
Ustad Alamsyah, M.T.Pd
Sekretaris DPW PKS Bengkulu
6 Ramadhan 1438 H / 1 juni 2017
(Agenda Safari Ramdhan di Desa
Padang Merbau, Seluma Selatan
0 komentar:
Posting Komentar