Marhen Harjono, S.Pt, M.Sc
Ketua Yayasan Bengkulu Madani
Part 1
Oleh
Marhen Harjono,S.Pt,M.Sc
Ketua Yayasan Bengkulu Madani
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Gajah Mada
Mengapa kita perlu pendanaan yang relatif besar untuk model dakwah di Indonesia?
Era permulaan kedatangan politik dakwa di Indonesia terkhusus PK memang tanggapan masyarakat luar biasa, kita juga membayangkan ini adalah era dimana cendikiawan muslim dan tarbiyah menguasai politik Indonesia. Kedatangan partai kita bagaikan produk smartphone pada era zamannya.
Model yang kita kembangkan adalah menguasai basis massa intelektual (Kampus dan Sekolah) serta menguasai mimbar dan tokoh agama.
Bentuk maintanence yang kita lakukan adalah menjamurkan sekolah IT, menguasai lembaga kampus serta taklim di masjid. It's oke, bentuk pergerakan ini yang tidak bisa di copy paste oleh lawan politik dan lawan aqidah kita.
Lama kelamaan model seperti itu mulai mengalami kejenuhan dan stagnansi, mengapa demikian? jawabannya adalah wajar dan logis.
Sehingga bentuk kejenuhan dan stagnansi tersebut terbukti dari perolehan kursi dan suara tiap pemilu tidak mengalami kurva positif bahkan di khawatirkan membentuk Sigmoid.
Faktor stagnansi tersebut karena kita baru sebatas mencetak kader dilingkungan dunia baca, tulis dan analisis alias kampus. Pasca kampus kita belum menyiapkan wadah yang matang. Banyak diantara para aktivis kampus berubah haluan 180° ketika di Dunia nyata , tidak lebih separoh yang bisa bertahan dan loyal terhadap dakwa dan harokah.
Mengapa mulai mengalami kejenuhan dan bahkan banyak yang bubar terutama pada taklim dan mimbar masjid?. Hal ini wajar, mereka (simpatisan) tidak akan tidur nyenyak ketika suara perut mereka berbunyi setiap saat. Sedangkan kita baru mencetak simpatisan menuju kader dengan bekal teoritis belum sampai tahap pembinaan finansial, hal wajar jika ketika Pileg dan Pilkada binaan taklim kita tidak mendulang suara karena mereka mengambil "bingkisan" untuk mempertahankan nyawa mereka agar bisa hidup.
Bagaimana agar kita bisa mempertahankan bahan baku jamaah ini supaya bisa bertahan sampai selamanya? Maka Kita harus memikirkan bagaimana kader-kader ini tetap berada di lingkungan kita, bagaimana supaya kader ini memegang perusahaan milik kita, industri milik kita dan organisasi besar milik kita. Tapi semuanya itu belum ada milik kita, solusinya adalah kita harus terbuka dengan siapa saja dengan kalangan siapa saja agar kita bisa bersama kader-kader itu. Itulah betapa pentingnya kekuatan finansial secara personal dan jamaah. Keterbukaan dan keakraban dengan lawan politik hal wajar, bukan berarti kita bersama mereka tapi supaya memindahkan financial mereka ke kita.
Kalau kita mau bercermin, mengapa kader dan jamaah AKP yang dipimpin oleh Sultan Erdogan terus bertambah seiring waktu, bahkan Sultan Erdogan dapat menguasai parlemen di Turkiey? Tidak lain dan tidak bukan salah satu kuncinya adalah karena mereka matang secara financial. Industri berdiri hampir disudut kota Turkey. Kadernya AKP memegang banyak perusahaan elit. Hal wajar jika pertumbuhan kader di turkey sangat signifikan, dan bahkan selalu memenangkan suara. Apakah hubungan bisnis Turkey hanya dengan orang-orang timur tengah semata, para saudagar arab yang notabene muslim dan relegius?.Nyatanya Turkey saat ini bekerja sama dengan kaum sosialis, markis dan zionis (Rusia dan Israel) hampir setiap industri vital. Apakah turkey bersekongkol untuk menghancurkan islam?, tidak!. Kalau berbicara pembelaan terhadap muslim Turkey jauh lebih terdepan menentang para musuh islam.
Uni eropa pun ciut dengan Turkey karena militernya hal ini tidak lain karena kekutan financial di segalah bidang.
....#to be continue#....
0 komentar:
Posting Komentar